Wednesday, May 21, 2008

Jangan Kamu Marah

Lemah Lembut Dan Menahan Amarah Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, iaitu kemarahan dan kebodohan. Bila seorang hamba menghadapi masalah hidupnya dengan kemarahan dan emosional , akan tertutuplah akal dan fikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang tidak diredhai Allah SWT dan rasulNya.

Dan jika hamba tersebut menyelesaikan masalahnya dengan k ebodohan dirinya , nescaya ia akan dihinakan manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan , ia akan mulia di sisi Allah Ta' ala dan makhluk- makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah lembut, insyaAllah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum bertindak. Kerana setiap manusia tidak pernah dipisahkan dari problema hidup, jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, nescaya ia gagal untuk menyelesaikan problemanya.

Demikian agungnya akhlak ini sehingga Rasulullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul Qais dengan sabdanya;
" Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat lemah lembut ( sabar ) dan ketenangan ( tidak tergesa - gesa ) ". HR. Muslim

Akhlak mulia ini terkadang diabaikan oleh manusia ketika amarah telah menguasai diri mereka, sehingga tindakannya pun berkesan negatif bagi dirinya ataupun orang lain. Padahal Rasulullah sudah mengingatkan dari sifat marah yang tidak pada tempatnya, sebagaimana beliau bersabda kepada seorang sahabat yang meminta nasihat; " Janganlah kamu marah.
" Dan beliau mengulanginya berkali-kali dengan bersabda; "Janganlah kamu marah". HR. Bukhari Dari hadith ini diambil faedah bahawa marah adalah pintu kejelekan, yang penuh dengan kesalahan dan kejahatan, sehingga Rasulullah mewasiatkan kepada sahabatnya itu agar tidak marah. Tidak bererti manusia dilarang marah secara mutlak. Namun marah yang dilarang adalah marah yang disebabkan oleh hawa nafsu yang memancing pelakunya bersikap melampaui batas dalam berbicara, mencela, mencerca, dan menyakiti saudaranya dengan kata-kata yang tidak terpuji, yang mana sikap ini menjauhkannya dari kelemahlembutan.

Didalam hadith yang shahih, Rasulullah shalallahu 'alahi wa sallam bersabda; " Bukanlah dikatakan seorang yang kuat itu dengan bergulat, akan tetapi orang yang kuat dalam menahan dirinya dari marah". Muttafaqqun'alahi Ulama telah menjelaskan berbagai cara menyembuhkan penyakit marah yang tercela yang ada pada seorang hamba, iaitu :

1. Berdoa kepada Allah, yang membimbing dan menunjuki hamba-hambaNya ke jalan yang lurus dan menghilangkan sifat-sifat jelek dan hina dari diri manusia. AllahTaala berfirman;" Dan Tuhan kamu berfirman: Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong takbur daripada beribadat dan berdoa kepadaKu, akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina." QS Ghaafir : 60

2. Terus-menerus berzikir pada Allah seperti membaca Al-Quran, bertasbih, bertahlil, dan beristighfar, kerana Allah telah menjelaskan bahawa hati manusia akan tenang dan tenteram dengan mengingat Allah. Allah berfirman;" ( Iaitu ) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan "zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, tenang tenteramlah hati manusia. " QS Ar-Ra'd : 28

3. Mengingat nash-nash yang menganjurkan untuk menahan marah dan balasan bagi orang-orang yang mampu menahan amarahnya sebagaimana sabda Nabi Shalallahu 'alaihi Wasallam; " Barangsiapa yang menahan amarahnya sedangkan ia sanggup untuk melampiaskannya, ( kelak di hari kiamat ) Allah akan memanggilnya di hadapan para makhlukNya hingga menyuruhnya memilih salah satu dari bidadari syurga, dan menikahkannya dengan hamba tersebut sesuai dengan kemahuannya " HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani

4. Merubah kedudukan ketika marah, seperti jika ia marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah ia duduk, dan jikalau ia sedang duduk maka hendaklah ia berbaring, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam; " Apabila salah seorang diantara kalian marah sedangkan ia dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Kalau telah reda / hilang marahnya ( maka cukup dengan duduk saja ), dan jika belum hendaklah ia berbaring." Al-Misykat 5114

5. Berlindung dari syaitan dan menghindar dari sebab-sebab yang akan membangkitkan kemarahannya. Demikianlah jalan keluar untuk selamat dari marah yang tercela. Dan betapa indahnya perilaku seorang muslim jika dihiasi dengan kelemahlembutan dan kasih sayang, kerana tidaklah kelemahlembutan berada pada suatu perkara melainkan akan membuatnya indah. Sebaliknya bila kebengisan dan kemarahan ada pada suatu urusan, nescaya akan menjelekkannya.

Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda; " Tidaklah kelemahlembutan itu berada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah, dan tidaklah kelembutan itu dicabut kecuali akan menjadikannya jelek." HR. Muslim

diambil daripada http://www.iluvislam.com/v1/forum/viewthread.php?forum_id=93&thread_id=3003&pid=37883%20#post_37883

No comments: